Senin, 27 Juni 2011

OBAT TRADISIONAL

Penggunaan bahan-bahan alamiah untuk pengobatan sama tuanya dengan usia manusia itu sendiri. Pada waktu itu pengobatan hanya berdasarkan insting. Misalnya :

  • Berdasarkan warna, contohnya kunyit ( Cucurma domestica ) berwarna kuning, diduga efektif untuk mengobati penyakit yang manifestasinya ikterik seperti hepatitis.
  • Berdasrkan bentuk, contoh tanaman brotowali ( Tinospora crispa ) bentuknya menjalar menyerupai ular sehingga diduga efektif untuk mengobati bisa ular.
  • Tempuyung (Sonchus arvensis ) dapat menembus batu dan diduga dapat digunakan untuk mengobati batu ginjal.
Sejak jaman dahulu makanan dan obat-obatan tidak dapat dipisahkan dan banyak tumbuh-tumbuhan dimakan karena khasiatnya yang menyehatkan.
Salah satu bukti tertua yang menguraikan ilmu pengobatan dalam obat herbal  adalah kitab Rigvedha. Kitab ini berasal dari India dan ditulis sekitar tahun 3000 Sebelum Masehi (SM). Isinya antara lain tentang bahan-bahan yang digunakan sebagas obat yang mengolah obat tradisional untuk pengobatan.
Kitab yang relatif lebih lengkap adalah Ayurvedha, juga berasal dari India. Kitab ini ditulis sekitar lahun 1500 SM, menguraikan suatu sistem pengobatan obat tradisional  dengan teori tridosha, yaitu vayu, pitta, dan kapha. Vayu atau angin mewakili susunan syaraf pusat, pitta atau empedu mewakili seluruh metabolisme di dalam tubuh, dan kapha atau lendir mewakili pengaturan suhu tubuh oleh cairan-cairan tubuh, Ayurvedha memuat tidak kurang 1.500 jenis bahan obat dari tumbuhan lengkap dengan pengolahan dan penggunaannya produk herbal tersebut. Dan menggunakannya dalam jamu herbal yang kemudian bisa menyembuhkan
Kemudian perbaikan dilakukan berbagai ahli, di antaranya terrnuat dalam kitab Sushruta Samhita dari tahun 1000 SM dan Charaka Samhita dari tahun 350. Kedua kitab memuat kira-kira 2.000 jenis bahan  obat, jamu tradisional beserta penanamannya, bagian-bagian yang dipakai untuk jamu herbal, khasiatnya, dan cara membuat ramuan jamu herbal yang menyembuhkan.

Pada zaman mesir kuno (2500 sebelum masehi), para budak diberi ransum bawang setiap hari untuk membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan infeksi yang umum terjadi pada masa itu. Sejak itu catatan pertama tentang penulisan tanaman obat dan berbagai khasiatnya telah dikumpulkan oleh orang-orang mesir kuno. Sejumlah besar resep penggunaan produk produk tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit, dan diagnosisnya tercantum dalam Papyrus Eher. Pada saat itu para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan  mempraktekkan pengobatan herbal. Dari abad 1500 SM telah dicatat membuat berbagai tanaman obat, termasuk jintan dan kayu manis.

Oran-orang Yunani dan Romawi kuno juga telah melakukan pengobatan herbal. Disaat mereka mengadakan perjaalanan ke berbagai daratan yang baru para dokter mereka menemukan berbagai tanaman obat baru seperti rosemary dan lavender. Hal itupun langsung diperkenalkan pada berbagai daerah baru. Semua catatan obat-obatan itu dirangkum dalam De Materia Medica.


Di Cina, sekitar 3000 tahun yang lalu ketika muncul penyembuhan kerapuhan tulang oleh dukun Wu. Pada waktu itu penyakit ini diyakini disebabkan oleh kekuatan jahat sehingga menurut dukun Wu diperlukan obat dari tanaman untuk mengusir kekuatan jahat itu. Bahkan bahan penyembuhan tertua dalam sejarah telah ditemukan di China, dimana makam seorang bangsawan Han ditemukan untuk menyimpan data medis yang ditulis pada gulungan sutra. Gulungan sutra berisi 247 tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan yang digunakan dalam penyembuhan penyakit.

Di Inggris, penggunaan tanaman obat dikembangkan bersamaan dengan didirikannya biara-biara di seluruh negeri dan memiliki tamanan obat masing-masing yang digunakan untuk merawat para pendeta maupun para penduduk setempat. Pada beberapa daerah, khususnya Wales dan Skotlandia, orang-orang Druid dan para penyembuh Celtik memiliki tradisi lain tentang herbalisme, dimana obat-obat dicampur adukkan dengan agama dan ritual.  Semakin berkembangnya pengetahuan herbal dan seiring dengan terciptanya mesin cetak pada abad ke 15 telah ada pendistribusian yang pertama tentang penulisan ” tanaman-tanaman Obat”.
Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis tanaman obat dari berbagai tanaman yang sangat berguna. Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu ” The Complete Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649. pada tahun 1812, Henry Potter telah memulai bisinsnya menyediakan berbagai tanaman obat dan berdagang lintah. Disaat itulah banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika. Sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali bukunya ” Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians “, yang sampai saat inipun masih diterbitkan.
Tahun 1864 National Association of Medical Herbalists didirikan, untuk mengorganisir pelatihan para praktisi pengobatan herbal serta mempertahankan standart-standar praktek pengobatan. Hingga awal abad ini banyak institute telah berdiri untuk mempelajari pengobatan herbal. Berkembangnya penampilan obat-obatan herbal yang lebih alami telah menyebabkan tumbuhnya dukungan dan popularitasnya. Obat-obatan herbal dapat dipandang sebagai pendahuluan farmakologi modern, tetapi sekarang obat-obatan herbal ini terus sebagai metode yang efektif dan lebih alami untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit.
Secara global, obat-obatan herbal lebih umum dipraktekkan dari pada obat-obatan konvensional. Di berbagai daerah pedesaan pengobatan herbal terus tumbuh subur dalam berbagai cerita rakyat, tradisi, dan praktek local. Kemajuan yang sangat pesat sampai saat ini dimana banyak sekali para herbalis mengandalkan pengetahuan mereka tentang obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk merawat dan mengobati penyakit.

Sejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan fakta sejarah adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa di wilayah nusantara dari abad ke 5 sampai dengan abab ke 19, tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan. Kerajaan di wilayah nusantara seperti Sriwijaya, Mojopahit dan Mataram mencapai beberapa puncak kejayaan dan menyisakan banyak peninggalan yang dikagumi dunia, adalah produk masyarakat tradisional yang mengandalkan pemeliharaan kesehatannya dari tanaman obat.
Banyak jenis tanaman yang digunakan secara tunggal maupun ramuan terbukti sebagai bahan pemelihara kesehatan. Pengetahuan tanaman obat yang ada di wilayah Nusantara bersumber dari pewarisan pengetahuan secara turun-temurun, dan terus-menerus diperkaya dengan pengetahuan dari luar Nusantara, khususnya dari China dan India. Tetapi dengan masuknya pengobatan modern di Indonesia, dengan didirikannya sekolah dokter jawa di Jakarta pada tahun 1904, maka secara bertahap dan sistematis penggunaan tanaman obat sebagai obat telah ditinggalkan. Dan telah menggantungkan diri pada obat kimia modern, penggunaan tanaman obat dianggap kuno, berbahaya dan terbelakang.
Sebagai akibatnya masyarakat pada umumnya tidak mengenal tanaman obat dan penggunaannya sebagai obat. Namun masih ada sebenarnya upaya yang melestarikan dan memanfaatkan tanaman obat dalam dokumentasinya seperti K. Heyne, menulis buku ” Tanaman Berguna Indonesia “,. Dr. Seno Sastroamidjojo, dengan bukunya ” Obat Asli Indonesia “. Dan beberapa upaya mengembangankan pengetahuan tanaman obat Indonesia dan aplikasinya dalam pengobatan. Saat ini obat herbal digunakan di klinik pengobatan Tradisional RS.Dr.,Sutomo Surabaya dan beberapa rumah sakit besar di Jakarta juga sudah menyediakan obat herbal.
Beberapa dekade terakhir ini terdapat kecenderungan secara global untuk kembali ke alam. Kecenderungan untuk kembali ke alam atau ” back to nature “, dalam bidang pengobatan pada herbal ini sangat kuat di Negara-negara maju dan berpengaruh besar di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan pelatihan herbalpun kini telah banyak diminati masyarakat. Pentingnya Kepedulian kita akan tanaman obat atau  herbal yang telah sejak jaman dulu kala perlu di lestarikan dan di terapkan seperti negara-negara lain yang  telah menggunakan herbal sebagai obat leluhur.

Minggu, 15 Mei 2011

Metabolisme Fe / Zat Besi


Untuk mengatur masuknya besi dalam tubuh maka tubuh memiliki suatu cara yang amat tepat guna. Besi hanya dapat masuk ke dalam mukosa usus apabila ia dapat bersenyawa dengan apoferitin. Jumlah apoferitin yang ada dalam mukosa usus bergantung pada kadar besi tubuh. Bila besi dalam tubuh sudah cukup maka semua apoferitin yang ada dalam mukosa usus terikat dengan Fe++ menjadi feritin. Dengan demikian tidak ada lagi apoferitin yang bebas sehingga tidak ada besi yang dapat masuk ke dalam mukosa.
Besi yang ada dalam mukosa usus hanya dapat masuk ke dalam darah bila ia dapat berikatan dengan G-globulin yang ada dalam plasma. Gabungan Fe dengan B-globulin disebut feritin. Apabila semua G-globulin dalam plasma sudah terikat Fe (menjadi feritin) maka Fe yang terdapat dalam mukosa usus tidak dapat masuk ke dalam plasma dan turut lepas ke dalam lumen usus saat sel mukosa usus lepas dan diganti dengan sel baru. 
Hanya Fe++ yang terdapat dalam transferin dapat digunakan dalam eritropoesis, karena sel "eritroblas" dalam sumsum tulang hanya memiliki "reseptor" untuk feritin. Kelebihan besi yang tidak digunakan disimpan dalam stroma sumsum tulang sebagai feritin. Besi yang terikat pada B-globulin (feritin) selain berasal dari mukosa usus juga berasal dari limpa, tempat eritrosit yang sudah tua (berumur 120 han) dihancurkan sehingg besinya masuk ke dalam jaringan limpa untuk kemudian terikat pada B-globulin (menjadi transferin) dan kemudian ikut aliran darah ke sumsum tulang untuk digunakan eritroblas membentuk hemoglobin.

Sabtu, 26 Maret 2011

UNDENSENSUS TESTICULARIS / UDT ( KRIPTOKIRMUS )


Testis awalnya terbentuk di rongga abdomen pada trimester 3 kehamilan akibat pengaruh hormon gonadotropin dari ibu dan mungkin juga pengaruh dari androgen dan SPM ( substansi penghambat mulerian ) menyebabkan testis turun ke skrotum melalui anulus inguinalis. Penurunan testis ini juga didukung oleh semakin meningkatnya tekanan intraabdomen akibat pdertumbuhan organ-organ di abdomen sehingga mempermudah testis memasuki kanalis inguinalis. Selama proses penurunan tersebut terjadi penonjolan dinding abdomen mengikuti perjalanan testis menuju skrotum. Penonjolan tersebut dikenal dengan prosesus vaginalis sehingga rongga perut berhubungan dengan skrotum melalui prosesus vaginalis. Normalnya dalam tahun pertama kehidupan prosesus vaginalis menutup namun apabila tetap membuka memungkinkan usus untuk turun ke dalam skrotum yang dikenal dengan hernia inguinalis.

Keadaan  UDT paling sering terjadi unilateral yang sering disertai dengan prosesus vaginalis yang tetap terbuka sehingga sering disertai hernia inguinalis.
Etiologi UDT dapat disebabkan oleh produksi hormon androgen ynag abnormal dan defisiensi gonadotropin dari ibu atau beberapa keadaan berikut yang menyebabkan UDT :
  • Arrest testis ( berhentinya penurunan testis di suatu tempat sehingga tidak sampai ke skrotum )
  • Ectopic testis ( testis tidak berada pada jalur desensus fisiologik )
  •  Retractil testis ( testis terdorong kembvali ke atas akubat kontraksi hebat otot-otot skrotum )
Pada UDT testis dapat ditemukan di kranial ( abdomen ) sehingga tidak dapat diraba. Bila terletak di kanalis inguinalis atau di luar anulus testis maka dapat diraba, dan jarang testis ditemukan di femoral, pangkal penis ataupun inguinal.
Testis yang tidak turun menyebabkan perkembangan tubulus seminiferus terganggu sehingga tidak menghasilkan spermatozoa karena pembentukan  spermatogenesis efektif pada suhu agak reendah yaitu di skrotum yang suhunya 1,5-2 0C lebih rendah dibanding abdomen dan juga UDT meningkatkan resiko karsinoma testis.

Penatalaksanaan
Prinsipnya, testis yang tidak turun ke skrotum harus diturunkan ke skrotum.
Sebelum usia 1 tahun diobservasi karena testis dapat turun spontan ke skrotum.
Operasi setelah umur 1 tahun dan sebelum umur 2 tahun ( orcidopeksi)