Senin, 27 Juni 2011

OBAT TRADISIONAL

Penggunaan bahan-bahan alamiah untuk pengobatan sama tuanya dengan usia manusia itu sendiri. Pada waktu itu pengobatan hanya berdasarkan insting. Misalnya :

  • Berdasarkan warna, contohnya kunyit ( Cucurma domestica ) berwarna kuning, diduga efektif untuk mengobati penyakit yang manifestasinya ikterik seperti hepatitis.
  • Berdasrkan bentuk, contoh tanaman brotowali ( Tinospora crispa ) bentuknya menjalar menyerupai ular sehingga diduga efektif untuk mengobati bisa ular.
  • Tempuyung (Sonchus arvensis ) dapat menembus batu dan diduga dapat digunakan untuk mengobati batu ginjal.
Sejak jaman dahulu makanan dan obat-obatan tidak dapat dipisahkan dan banyak tumbuh-tumbuhan dimakan karena khasiatnya yang menyehatkan.
Salah satu bukti tertua yang menguraikan ilmu pengobatan dalam obat herbal  adalah kitab Rigvedha. Kitab ini berasal dari India dan ditulis sekitar tahun 3000 Sebelum Masehi (SM). Isinya antara lain tentang bahan-bahan yang digunakan sebagas obat yang mengolah obat tradisional untuk pengobatan.
Kitab yang relatif lebih lengkap adalah Ayurvedha, juga berasal dari India. Kitab ini ditulis sekitar lahun 1500 SM, menguraikan suatu sistem pengobatan obat tradisional  dengan teori tridosha, yaitu vayu, pitta, dan kapha. Vayu atau angin mewakili susunan syaraf pusat, pitta atau empedu mewakili seluruh metabolisme di dalam tubuh, dan kapha atau lendir mewakili pengaturan suhu tubuh oleh cairan-cairan tubuh, Ayurvedha memuat tidak kurang 1.500 jenis bahan obat dari tumbuhan lengkap dengan pengolahan dan penggunaannya produk herbal tersebut. Dan menggunakannya dalam jamu herbal yang kemudian bisa menyembuhkan
Kemudian perbaikan dilakukan berbagai ahli, di antaranya terrnuat dalam kitab Sushruta Samhita dari tahun 1000 SM dan Charaka Samhita dari tahun 350. Kedua kitab memuat kira-kira 2.000 jenis bahan  obat, jamu tradisional beserta penanamannya, bagian-bagian yang dipakai untuk jamu herbal, khasiatnya, dan cara membuat ramuan jamu herbal yang menyembuhkan.

Pada zaman mesir kuno (2500 sebelum masehi), para budak diberi ransum bawang setiap hari untuk membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan infeksi yang umum terjadi pada masa itu. Sejak itu catatan pertama tentang penulisan tanaman obat dan berbagai khasiatnya telah dikumpulkan oleh orang-orang mesir kuno. Sejumlah besar resep penggunaan produk produk tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit, dan diagnosisnya tercantum dalam Papyrus Eher. Pada saat itu para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan  mempraktekkan pengobatan herbal. Dari abad 1500 SM telah dicatat membuat berbagai tanaman obat, termasuk jintan dan kayu manis.

Oran-orang Yunani dan Romawi kuno juga telah melakukan pengobatan herbal. Disaat mereka mengadakan perjaalanan ke berbagai daratan yang baru para dokter mereka menemukan berbagai tanaman obat baru seperti rosemary dan lavender. Hal itupun langsung diperkenalkan pada berbagai daerah baru. Semua catatan obat-obatan itu dirangkum dalam De Materia Medica.


Di Cina, sekitar 3000 tahun yang lalu ketika muncul penyembuhan kerapuhan tulang oleh dukun Wu. Pada waktu itu penyakit ini diyakini disebabkan oleh kekuatan jahat sehingga menurut dukun Wu diperlukan obat dari tanaman untuk mengusir kekuatan jahat itu. Bahkan bahan penyembuhan tertua dalam sejarah telah ditemukan di China, dimana makam seorang bangsawan Han ditemukan untuk menyimpan data medis yang ditulis pada gulungan sutra. Gulungan sutra berisi 247 tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan yang digunakan dalam penyembuhan penyakit.

Di Inggris, penggunaan tanaman obat dikembangkan bersamaan dengan didirikannya biara-biara di seluruh negeri dan memiliki tamanan obat masing-masing yang digunakan untuk merawat para pendeta maupun para penduduk setempat. Pada beberapa daerah, khususnya Wales dan Skotlandia, orang-orang Druid dan para penyembuh Celtik memiliki tradisi lain tentang herbalisme, dimana obat-obat dicampur adukkan dengan agama dan ritual.  Semakin berkembangnya pengetahuan herbal dan seiring dengan terciptanya mesin cetak pada abad ke 15 telah ada pendistribusian yang pertama tentang penulisan ” tanaman-tanaman Obat”.
Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis tanaman obat dari berbagai tanaman yang sangat berguna. Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu ” The Complete Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649. pada tahun 1812, Henry Potter telah memulai bisinsnya menyediakan berbagai tanaman obat dan berdagang lintah. Disaat itulah banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika. Sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali bukunya ” Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians “, yang sampai saat inipun masih diterbitkan.
Tahun 1864 National Association of Medical Herbalists didirikan, untuk mengorganisir pelatihan para praktisi pengobatan herbal serta mempertahankan standart-standar praktek pengobatan. Hingga awal abad ini banyak institute telah berdiri untuk mempelajari pengobatan herbal. Berkembangnya penampilan obat-obatan herbal yang lebih alami telah menyebabkan tumbuhnya dukungan dan popularitasnya. Obat-obatan herbal dapat dipandang sebagai pendahuluan farmakologi modern, tetapi sekarang obat-obatan herbal ini terus sebagai metode yang efektif dan lebih alami untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit.
Secara global, obat-obatan herbal lebih umum dipraktekkan dari pada obat-obatan konvensional. Di berbagai daerah pedesaan pengobatan herbal terus tumbuh subur dalam berbagai cerita rakyat, tradisi, dan praktek local. Kemajuan yang sangat pesat sampai saat ini dimana banyak sekali para herbalis mengandalkan pengetahuan mereka tentang obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk merawat dan mengobati penyakit.

Sejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan fakta sejarah adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa di wilayah nusantara dari abad ke 5 sampai dengan abab ke 19, tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan. Kerajaan di wilayah nusantara seperti Sriwijaya, Mojopahit dan Mataram mencapai beberapa puncak kejayaan dan menyisakan banyak peninggalan yang dikagumi dunia, adalah produk masyarakat tradisional yang mengandalkan pemeliharaan kesehatannya dari tanaman obat.
Banyak jenis tanaman yang digunakan secara tunggal maupun ramuan terbukti sebagai bahan pemelihara kesehatan. Pengetahuan tanaman obat yang ada di wilayah Nusantara bersumber dari pewarisan pengetahuan secara turun-temurun, dan terus-menerus diperkaya dengan pengetahuan dari luar Nusantara, khususnya dari China dan India. Tetapi dengan masuknya pengobatan modern di Indonesia, dengan didirikannya sekolah dokter jawa di Jakarta pada tahun 1904, maka secara bertahap dan sistematis penggunaan tanaman obat sebagai obat telah ditinggalkan. Dan telah menggantungkan diri pada obat kimia modern, penggunaan tanaman obat dianggap kuno, berbahaya dan terbelakang.
Sebagai akibatnya masyarakat pada umumnya tidak mengenal tanaman obat dan penggunaannya sebagai obat. Namun masih ada sebenarnya upaya yang melestarikan dan memanfaatkan tanaman obat dalam dokumentasinya seperti K. Heyne, menulis buku ” Tanaman Berguna Indonesia “,. Dr. Seno Sastroamidjojo, dengan bukunya ” Obat Asli Indonesia “. Dan beberapa upaya mengembangankan pengetahuan tanaman obat Indonesia dan aplikasinya dalam pengobatan. Saat ini obat herbal digunakan di klinik pengobatan Tradisional RS.Dr.,Sutomo Surabaya dan beberapa rumah sakit besar di Jakarta juga sudah menyediakan obat herbal.
Beberapa dekade terakhir ini terdapat kecenderungan secara global untuk kembali ke alam. Kecenderungan untuk kembali ke alam atau ” back to nature “, dalam bidang pengobatan pada herbal ini sangat kuat di Negara-negara maju dan berpengaruh besar di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan pelatihan herbalpun kini telah banyak diminati masyarakat. Pentingnya Kepedulian kita akan tanaman obat atau  herbal yang telah sejak jaman dulu kala perlu di lestarikan dan di terapkan seperti negara-negara lain yang  telah menggunakan herbal sebagai obat leluhur.

Minggu, 15 Mei 2011

Metabolisme Fe / Zat Besi


Untuk mengatur masuknya besi dalam tubuh maka tubuh memiliki suatu cara yang amat tepat guna. Besi hanya dapat masuk ke dalam mukosa usus apabila ia dapat bersenyawa dengan apoferitin. Jumlah apoferitin yang ada dalam mukosa usus bergantung pada kadar besi tubuh. Bila besi dalam tubuh sudah cukup maka semua apoferitin yang ada dalam mukosa usus terikat dengan Fe++ menjadi feritin. Dengan demikian tidak ada lagi apoferitin yang bebas sehingga tidak ada besi yang dapat masuk ke dalam mukosa.
Besi yang ada dalam mukosa usus hanya dapat masuk ke dalam darah bila ia dapat berikatan dengan G-globulin yang ada dalam plasma. Gabungan Fe dengan B-globulin disebut feritin. Apabila semua G-globulin dalam plasma sudah terikat Fe (menjadi feritin) maka Fe yang terdapat dalam mukosa usus tidak dapat masuk ke dalam plasma dan turut lepas ke dalam lumen usus saat sel mukosa usus lepas dan diganti dengan sel baru. 
Hanya Fe++ yang terdapat dalam transferin dapat digunakan dalam eritropoesis, karena sel "eritroblas" dalam sumsum tulang hanya memiliki "reseptor" untuk feritin. Kelebihan besi yang tidak digunakan disimpan dalam stroma sumsum tulang sebagai feritin. Besi yang terikat pada B-globulin (feritin) selain berasal dari mukosa usus juga berasal dari limpa, tempat eritrosit yang sudah tua (berumur 120 han) dihancurkan sehingg besinya masuk ke dalam jaringan limpa untuk kemudian terikat pada B-globulin (menjadi transferin) dan kemudian ikut aliran darah ke sumsum tulang untuk digunakan eritroblas membentuk hemoglobin.

Sabtu, 26 Maret 2011

UNDENSENSUS TESTICULARIS / UDT ( KRIPTOKIRMUS )


Testis awalnya terbentuk di rongga abdomen pada trimester 3 kehamilan akibat pengaruh hormon gonadotropin dari ibu dan mungkin juga pengaruh dari androgen dan SPM ( substansi penghambat mulerian ) menyebabkan testis turun ke skrotum melalui anulus inguinalis. Penurunan testis ini juga didukung oleh semakin meningkatnya tekanan intraabdomen akibat pdertumbuhan organ-organ di abdomen sehingga mempermudah testis memasuki kanalis inguinalis. Selama proses penurunan tersebut terjadi penonjolan dinding abdomen mengikuti perjalanan testis menuju skrotum. Penonjolan tersebut dikenal dengan prosesus vaginalis sehingga rongga perut berhubungan dengan skrotum melalui prosesus vaginalis. Normalnya dalam tahun pertama kehidupan prosesus vaginalis menutup namun apabila tetap membuka memungkinkan usus untuk turun ke dalam skrotum yang dikenal dengan hernia inguinalis.

Keadaan  UDT paling sering terjadi unilateral yang sering disertai dengan prosesus vaginalis yang tetap terbuka sehingga sering disertai hernia inguinalis.
Etiologi UDT dapat disebabkan oleh produksi hormon androgen ynag abnormal dan defisiensi gonadotropin dari ibu atau beberapa keadaan berikut yang menyebabkan UDT :
  • Arrest testis ( berhentinya penurunan testis di suatu tempat sehingga tidak sampai ke skrotum )
  • Ectopic testis ( testis tidak berada pada jalur desensus fisiologik )
  •  Retractil testis ( testis terdorong kembvali ke atas akubat kontraksi hebat otot-otot skrotum )
Pada UDT testis dapat ditemukan di kranial ( abdomen ) sehingga tidak dapat diraba. Bila terletak di kanalis inguinalis atau di luar anulus testis maka dapat diraba, dan jarang testis ditemukan di femoral, pangkal penis ataupun inguinal.
Testis yang tidak turun menyebabkan perkembangan tubulus seminiferus terganggu sehingga tidak menghasilkan spermatozoa karena pembentukan  spermatogenesis efektif pada suhu agak reendah yaitu di skrotum yang suhunya 1,5-2 0C lebih rendah dibanding abdomen dan juga UDT meningkatkan resiko karsinoma testis.

Penatalaksanaan
Prinsipnya, testis yang tidak turun ke skrotum harus diturunkan ke skrotum.
Sebelum usia 1 tahun diobservasi karena testis dapat turun spontan ke skrotum.
Operasi setelah umur 1 tahun dan sebelum umur 2 tahun ( orcidopeksi)

Senin, 14 Maret 2011

...Coret-coret...

"Pada saat Anda berbicara dan kalimat Anda mengandung kata-kata 'jangan, tidak, dilarang,' sebenarnya Anda mencurahkan perhatian dan energi penuh pada sesuatau yang tidak Anda inginkan." (Michael J. Loses)

"Anda tidak dapat mengontrol keadaan, namun Anda dapat mengontrol pikiran Anda sendiri." (Charles Popplestown)

Sabtu, 12 Maret 2011

Obat Nyamuk,,, Amankah????

Obat Nyamuk
Wilayah Indonesia yang beriklim tropis berpotensi besar terhadap berkembang biaknya berbagai jenis nyamuk yang dapat mengakibatkan penyakit demam berdarah dan malaria. Kondisi ini diperparah dengan belum tertatanya sebagian besar lingkungan pemukiman seperti pembuangan sampah, selokan dan genangan air yang mendorong berkembang biaknya nyamuk. Untuk mengatasi masalah nyamuk tersebut dibutuhkan insektisida (obat anti nyamuk). Dan saat ini telah terdapat berbagai jenis dan merek insektisida untuk menanggulangi masalah tersebut. Permintaan akan obat anti nyamuk tersebut hampir terjadi sepanjang tahun. Tetapi sebagian besar konsumsi pada saat musim kemarau yang merata diseluruh wilayah. Besarnya kebutuhan akan obat anti nyamuk tersebut tentu saja membuka peluang tersendiri bagi industri obat anti nyamuk di dalam negeri (Yusniarini Fitriana, 2002).

Pemakaian obat nyamuk baik yang jenisnya dibakar, disemprot, ataupun yang menggunakan listrik merupakan suatu gaya hidup masyarakat saat sekarang ini untuk menghindari diri dari gigitan nyamuk.
            
 1. Obat nyamuk bakar
Jenis ini mengandung zat kimia sintetik aktif (alletrin, transflutrin, pralethrin, bioallethrin, esbiothrin, dan lain-lain) yang sudah dibentuk sedemikian rupa, sehingga mampu dihantarkan asap untuk membunuh nyamuk dan serangga lainnya. Karena dipanaskan, tak menutup kemungkinan bahan aktif itu terurai menjadi senyawa-senyawa lain yang jauh lebih reaktif dari sebelumnya. Tentu jadi jauh lebih berbahaya dampaknya (Nurheti Yuliarti,2008).
Lebih menyedihkan lagi obat antinyamuk bakar sering digunakan dalam ruang tertutup. Alasannya, menjadi percuma jika digunakan di tempat terbuka. Padahal kalau seperti ini, tentu senyawa aktif dan senyawa baru yang terbentuk dari proses pembakaran berada dalam jangkauan pernapasan kita (Nurheti Yuliarti,2008).
            Jadi, tidak menutup kemungkinan jika kita memasang obat antinyamuk itu semalaman, selama itu pula kita memasukan zat berbahaya ke dalam tubuh. Karena bahan kimia sintetik antinyamuk ini dilepas dalam bentuk gas (aerosol), bisa mendesak oksigen sehingga distribusi oksigen dalam ruangan tidak merata. Tak heran bila kita menggunakan obat antinyamuk bakar dalam ruangan, napas terasa agak berat. Dari fakta ini, ada anggapan obat antinyamuk bakar bisa mengurangi proporsi kandungan oksigen dalam ruangan (Nurheti Yuliarti,2008).
             
2. Obat nyamuk semprot
          Biasa disebut juga dengan obat nyamuk cair yang penggunaannya disemprotkan. Meski bentuknya berubah saat digunakan, tetapi zat aktifnya tidak hilang atau menyatu dengan oksigen karena zat aktif yang disemprotkan lebih berat dari oksigen. Setelah disemprotkan, zat aktif antinyamuk ini akan berjatuhan di setiap tempat dan benda yang ada di rungan tersebut lalu menjadi media penghantarnya masuk ke dalam tubuh (Nurheti Yuliarti,2008).
            
 3. Obat nyamuk listrik (mat)
           Bentuk mat tak jauh berbeda dari obat antinyamuk bakar. Keduanya baru bisa efektif bekerja setelah ada penguapan dengan cara dipanaskan. Obat antinyamuk jenis ini menggunakan juga bahan aktif (seperti allethrin, transfluthrin, atau pralethrin) pada pulpnya, bahan penstabil, dan bahan kimia organik tertentu yang menguap jika dipanaskan. Fungsi bahan organik ini untuk menguapkan atau menghantarkan bahan-bahan aktif antinyamuk sehingga dapat bekerja (Nurheti Yuliarti,2008).
Karena jenis ini tidak kasat mata dan sering ditambah wewangian tertentu. Pengguna sering tidak sadar bahwa dirinya sedang menghirup senyawa berisiko bagi tubuhnya. Pada jenis bakar, karena kasat mata dan sangat terasa, si pengguna bisa menghindari kontak langsung. Juga akan melakukan tindakan melindungi diri, membuka jendela lebar-lebar atau mematikan obat antinyamuk manakala matanya perih atau napasnya makin sesak (Nurheti Yuliarti,2008).
Nah, pada obat antinyamuk listrik, gangguan tidak terasa langsung. Sebab, penciuman tertipu oleh sedapnya wewangian yang dikeluarkan, juga tak menimbulkan iritasi langsung pada mata. Jadi bisa dibilang obat antinyamuk jenis ini lebih berbahaya dari obat antinyamuk lainya (Nurheti Yuliarti,2008).
Seperti halnya obat antinyamuk bakar, obat antinyamuk listrik pun bisa membuat napas kita jadi berat hingga sesak (Nurheti Yuliarti,2008). 

Kandungan Bahan Aktif Obat Nyamuk

Semua jenis obat nyamuk memiliki bahan aktif yang sama, hanya berbeda pada bahan perantaranya. Dari hasil penelitian YLKI, ditemukan tiga bahan aktif dalam obat nyamuk yaitu kelompok organofosfat (antara lain, diklorvos/DDVP), karbamat (antara lain, propoxur), dan piretroid (allethrin, bioallethrin dan transflutrin) (Depkes,2008).
1. Organofosfat (diklorvos)
           Insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau asam tiofosfat. Pestisida ini umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut terhadap binatng bertulang belakang seperti ikan, burung, cicak, dan mamalia. Pestisida ini mempunyai efek memblokade penyaluran impuls saraf dengan mengikat enzim asetilkolin-esterase (Mariana Riani,2007).
Gejala akut keracunan diklorvos adalah mati rasa, sakit kepala, pusing, hilang koordinasi, tremor, nyeri perut, berkeringat, pandangan kabur, sulit bernafas dan detak jantung lemah (Bennett,2001).
            
 2. Karbamat (propoxur)
             Kelompok ini merupakan  ester asam N-metilkarbamat. Bekerja menghambat asetilkolinesterase, tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut tidak berlangsung lama karena prosesnya cepat reversible. Pada umumnya, pestisida kelompok ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1-24 jam sehingga cepat diekskresikan (Mariana Riani,2007).
Jika terhirup, material ini dianggap tidak menghasilkan iritasi pada pernapasan (seperti digolongkan oleh EC Directives dengan menggunakan binatang percobaanl). Meskipun demikian penghirupan debu atau uap terutama untuk periode yang cukup lama, dapat menghasilkan gangguan saluran pernapasan (Chemcare Asia Indonesia,2007).
Keracunan inhibitor kolinesterase menyebabkan gejala seperti peningkata aliran darah kepada hidung, diare/mencret, gangguan pada dada dan sesak nafas. Gejala lain meliputi produksi air mata yang meningkat, rasa mual dan muntah-muntah, diare, sakit perut, pengeluaran urine tanpa mampu dikontrol, sakit dada, sulit bernafas, tekanan darah rendah, denyut jantung tidak beraturan, hilangnya refleks, kejang-kejang, gangguan penglihatan, pengecilan ukuran pupil, konvulsi kongesti paru-paru, kegagalan jantung dan koma. Efek pada sistem syaraf meliputi kehilangan keseimbangan, sulit berbicara, gemetar pada kelopak mata dan lidah, kelumpuhan otot tangan dan otot saluran pernafasan, yang dapat
menyebabkan kematian, walaupun kematian juga dikaitkan dengan kegagalan
jantung (Chemcare Asia Indonesia,2007).
             
3. Piretroid 
           WHO mengelompokkannya dalam racun kelas menengah. Efeknya, mengiritasi mata maupun kulit yang sensitif, dan menyebabkan penyakit asma. Pada obat antinyamuk, piretroid yang digunakan berupa d-allethrin, transflutrin, bioallethrin, pralethrin, d-phenothrin, cyphenothrin, atau esbiothrin (Depkes,2008).


Daftar Pustaka
  1. Bennett . Dichlorvos, di akses dari http://www.the-piedpiper.co.uk/th13.htm. 2001
  2. Chemcare Asia Indonesia. Hazard alerts: Propoxur saingan dichlorvos yang belum terjamah, di akses dari http://chemcareasia.wordpress.com/2007/03/15/ hazard-alerts-propoxursaingan-dichlorvos-yang-belum-terjamah/. Maret 2007.
  3. DepKes RI. Jangan Asal Semprot, Bahaya…!, di akses dari http://www.depkes.go.id. Novemver 2008.
  4. Fitriana, Yusniarini.2002. Analisis Preferensi Konsumen Obat Anti Nyamuk Semprot Vape dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran PT. Fumakilla Indonesia di DKI Jakarta.Tesis, Institut Pertanian Bogor.Raini, Mariana. “Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida“, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume XVII no.3 tahun 2007, hlm.10.
  5. Yuliarti, Nurheti.2008. Racun di Sekitar Kita. Yogyakarta : CV ANDI OFFSET.


Senin, 07 Maret 2011

Persaudaraan...

Rasulullah saw. Bersabda, “Tidaklah engkau beriman sehingga engkau mencintai sesama saudaramu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri.”

Abu Sulaiman Darami rahimatullah berkata, “Jangan sekali-kali engkau bersahabat kecuali salah satu dari dua macam ini. Pertama, orang yang dapat engkau ajak bersahabat dalam urusan duniamu dengan jujur. Dan, kedua orang yang karena bersahabat dengannya engkau memperoleh kemanfaatan dirimu untuk urusan akhiratmu.”


Sayidina Ali r.a. berkata, “Saudaramu yang sebenar-benarnya ialah orang yang mau menerjunkan dirinya sendiri dalam bahaya demi kemanfaatanmu dan mereka itu tidak segan-segan menegurmu apabila engkau bertindak salah.”

Tanda-tanda Persaudaraan:
  1. Ketika engkau memberi sesuatu maka dia akan menerimanya dengan rasa haru.
  2. Ketika engkau dalam kesulitan, dialah orang pertama yang menawarkan diri untuk meringankan bebanmu.
  3. Ketika engkau kegelapan, dialah manusia yang paling merasa bersalah karena merasa tidak memberikan pelita.

Sahabat seiman adalah dia yang selalu membayangi dirimu, menjaga dan memeliharamu dalam kebenaran, serta membela dan menegurmu dengan kesabaran.

Kata-kata......

Kata-kata adalah alat yang ampuh untuk berbagai kepentingan. Ia laksana senjata bermata dua. Jika kata-kata itu keluar dari orang baik dan suka melakukan perbaikan, maka dampak yang ditimbulkannya akan positif. Namun, sebaliknya, jika ia diungkapkan oleh orang yang berniat jahat, dampak yang ditimbulkannya tentu kejahatan itu sendiri sebagai produk pikirannya yang jahat.

Berpikirlah berkali-kali sebelum membeli benda yang lain, namun berpikirlah satu kali untuk membeli buku,karena satu kalimat dalam sebuah buku dapat mengantar seseorang dalam pencapaian yang tak terkira, masalahnya kita tidak tahu di buku mana kalimat itu bersembunyi.

Kamis, 24 Februari 2011

Beberapa Hal Tentang HIV/AIDS

Penularan HIV/AIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mangandung virus HIV yaitu melalui hubungan seksual (baik homoseksual maupun heteroseksual), jarum suntik pada pengguna narkoba, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi.
Kelompok resiko tinggi HIV yaitu
    • Pengguna narkotik
    • Pekerja sex komersil dan pelanggannya
    • Narapidana  
Infeksi HIV / AIDS telah mengenai semua golongan (risiko tinggi dan masyarakat umum). Kini telah terjadi pergeseran. Dulu kebanyakan penyebarannya karena homosekusual, sekrang lebih banyak karena heteroseksual dan pengguna narkotika yang semakin banyak.
Sejak 1985-1996 kasus AIDS masih amat jarang di Indonesia. Sebagian besar odha pada periode itu berasal dari kelompok homoseksual. Kemuadian jumlah kasus baru HIV/AIDS semakin meningkat dan sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan yang tajam yang terutama disebabkan akibat penularan melalui narkotika suntik.
Sampai dengan akhir Maret 2005 tercata 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan (belum tercatat semua). Depkes RI pada tahun 2002 memperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV adalah 90.000-130.000 orang.
Fakta yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa peningkatan infeksi yang semakin nyata pada pengguna narkotika. Sebagian besar odha yang menggunakan narkotika adalah remaja dan usia dewasa muda yangmerupakan kelompok usia produktif.
Pengguna narkotika suntik mempunyai resiko tinggi untuk tertular oleh virus HIV atau bibit-bibit penyakit lain yang dapat menular melalui darah. Penyebabnya, pengguna jarum suntik secara bersama dan berulang yang lazim dilakukan oleh pengguna narkotika. 1 jarum dipakai oleh 2-15 orang.
Survey disebuah kelurahan di Jakarta Pusat yang dilakukan oleh Yayasan Pelita Ilmu menunjukkan 93% pengguna narkotik yang terinfeksi HIV. Surveilans pada donor darah dan ibu hamil biasanya digunakan sebagai indikator untuk menggambarkan infeksi HIV/AIDS pada masyarakat umum.
Jika pada tahun 1990 belum ditemukan darah donor di PMI yang tercemar HIV, maka periode selanjutnya ditemukan infeksi HIV yang jumlahnya makin lama makin meningkat.
Persentase kantung darah yang dinyatakan teremar HIV adalah:
  • 0,002 % pada periode 1992/1993
  • 0,003 % pada periode 1994/1995
  • 0,004 % pada periode 1998/1999
  • 0,016 % pada tahun 2000 
Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa negara dan amat dianjurkan oleh badan dan Kesehatan Dunia, WHO untuk dilaksanakan secara sekaligus yaitu:
  1. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda
  2. Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai kelompok sasaran.
  3. Program kerjasama dengan media cetak dan medai elektronik.
  4. Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk program pengadaan jarum suntik steril.
  5. Program pendidikan agama.
  6. Program layanan pengobatan infeksi menular seksual.
  7. Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat.
  8. Pelatihan ketrampilan hidup.
  9. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling.
  10. Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prositusi anak.
  11. Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan, dan dukungan odha.
  12. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat ARV